Tuesday, June 14, 2011

Warkah BuatKu...



warkah daripada seorang sahabat...

Seiring waktu berjalan,
tangis tawa di wajahku,
hitam putih di hidupku
Engkau lah saksiku.
Tiada satu tersembunyi,
tiada satu tak terlihat,
segala apa yang terjadi,
Engkau lah saksiku.
Seperti semilir angin mengelus lembut pipiku,
di saat air mata menitis laju disuatu sudut masjid,
aku bersandar sambil memeluk lututku,
membenam kepala dipelukan sendiri.
Saat itu hadir dirimu,
memegang bahuku,
memujuk hatiku,dukaku, putus asaku,
Aku...tenang kembali.
Memeluk tubuhmu penuh erat,
itulah rasa hatiku,
ingin memelukmu sepenuh hati,
dengan tubuh kecilmu,
ku harap kau rasai.
Kau teguri aku seperti seorang kakak,
Di saat yang lain teragak-agak,
kau tetap tegas dan lembut,
membuat aku tak penat,
untuk berlapang dada saat ditegur.
Indah bukan.
Indah itu semua pergi perlahan-lahan,
seperti surutnya banjir dimusim kentujuh,
meninggalkan lumpur mencalit jalan.
Lumpur itu menjadi kenangan...
Aku mencari wajahmu,
dari jauh kulihat dikau,
ingin ku dekati, tapi hati tak sampai,
ingin ku jerit tapi suara tak dengar,
Akhirnya aku memerhati dari kejauhan,
Ah, kakak itu, langkahmu masih seperti dulu.
Tiba-tiba aku tersedar,
Sudah berbulan tak ku beri senyum padamu,
sudah berbulan tak ku lihat senyummu,
sudah berbulan tak ku dengar suaramu,
sudah berbulan tak ku dengar lunak saat kau mengaji,
sudah berbulan tak ku lihat keletahmu,
sudah berbulan tak ku beri salam padamu,
sudah berbulan tak ku dakap dirimu.
Hingga sekarang mungkin tertanya,
kenapa aku begini akhirnya,
tak cukupkah, tak puas hatikah?
Akhirnya aku menjadi buih-buih dilautan,
yang rapuh,
yang berongga didalam,
yang nampak dari luar,
yang...andai bersatu, tak mungkin dapat mengubah pantai,
tak dapat mencipta sejarah, seperti ombak,
meninggal kesan di pesisir,
merobohkan istana pasir..
Buih-buih itu...tak mampu berbuat apa,
indah dipandang tapi rapuh dipegang.
Akhirnya pecah dan hilang....
Itulah aku...
Yang dulu ku janji tak mahu begitu,
akhirnya begitu...
Tak terluah kepada sesiapa...
termenung saat diri masih diterima,
Tapi... Tuhan masih ada...
kalau tidak dengan rahmatnya, dengan rahimnya.
Melihat metropolitan,
melihat manusia mengejar kebendaan,
aku termenung...
adakah aku sebahagian?
tidak...
aku punya tujuan, punya harapan..
Biarkan Tuhan temukan kita,
tak mahu dikau datang atau aku kesana,
tak mahu berderai air mata,
tak mahu membuat kau juga begitu.
Saat ku terkenangkanmu,
teringin aku baring diribaanmu,
biar tak terluah dukaku,sesalku, kecewaku,
asal kau rasa berat kepalaku,
hangat tubuhku, titis airmata mengalir diribaanmu.
seperti seorang anak kecil yang dirampas patung mainannya,
sedih dan berlari mencari ibunya,
memeluk untuk ditenangkan...
begitu juga aku...
Mencari ibu...tapi telah pergi,
mencari ayah...tapi telah pergi.
lalu aku ingin bersandar pada seorang teman...
[Suatu hari, seorang gadis berjalan di tengah kampus, kebingungan, mencari teman. duduk di masjid, lama..menunggu kelibat si dia. Tiada datang. Aku berjalan, keluar mencari di tengah khalayak manusia, agar terserempak dengannya..lama ku tunggu, duduk di bangku..tiada muncul. Aku mungkin tahu dia dimana, kerana aku dulu selalu bertemunya. Akhirnya aku putuskan untuk pulang...dan aku tak ingin lagi datang....]
Warkah ini tanda ingatan,
tapi tak cukup untuk sebuah kemaafan,
tak cukup menjelaskan keadaan,
tapi...
warkah ini...agar kau tahu...
teman yang ku tunggu sepanjang hari itu...
adalah kamu....
Selamat tinggal selamat jalan,
panjang umur berjumpa kemudian,
andai ajal menjemput datang,
moga syurga tempat perjumpaan.

Akanku mencarimu kembali...

No comments: